Narasumber : Drs. Adi Nugroho
Presenter : Aulya Idris
“Saya
seorang istri. Usia pernikahan sudah tujuh tahun. Pada awal pernikahan
kami sering bertengkar dan keadaan tersebut sudah berjalan selama lima
tahun karena suami saya seolah tidak mempunyai greget untuk memimpin
(menjadi leader) dalam rumah. Saya sering mengalah dan diam.
Apakah yang demikian ini “sehat”? Dan bagaimana cara saya sebagai
seorang istri untuk mengingatkan sholat Isya’ pada suami karena suami
saya sering malas kalau sholat Isya’ ?”
Proses
penyesuaian untuk membuat suatu budaya. Di sini bisa dikatakan ego
suami sebagai imam tetapi bagi istri “imam yang tidak punya greget”.
Memang ada type pemimpin yang leadershipnya seadanya saja, maka type
seperti ini harus dimotivir terus menerus karena tujuan kita akan
membentuk budaya. Apa yang harus dilakukan? Ajak untuk selalu
berkomitmen, dimotivasi, disupport, dipush terus menerus. Terkadang ada type
laki-laki yang selalu membutuhkan dorongan, istilahnya ‘pemimpin tapi
ingin selalu dituntun’. Dituntun di sini maksudnya ingin selalu dikawal,
maka istri harus hafal sekali dengan suami antara lain dalam inti dari
penyesuaian diri tersebut (begitu pula sebaliknya) “bojoku iki piye to?”
‘suami / istri saya itu begaimana ya?’, jangan sampai terhadap pasangan
sendiri tidak hafal tetapi pada pasangan orang lain hafal sekali. Kalau
memang type suami tidak ada greget oleh sebab itu harus
selalu di”cambuk” dengan kasih sayang/ manja, namun perlu diingat jangan
sampai memaksa, mendekte, memerintah, karena itu semua adalah otoritas
dari suami. Posisikan Anda supaya suami selalu merasa dibutuhkan. Butuh
kiat-kiat tertentu untuk memotivir suami supaya menjadi imam yang
betul-betul bisa tegak sebagai imam yang ideal.
Kenyataan dalam kehidupan, idaman dari sebuah rumah tangga itu ternyata tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan.
Apa yang harus dilakukan untuk menciptakan suatu budaya keluarga sakinah mawadah warahmah?
Budaya akan mengalami banyak hambatan dikarenakan oleh apa saja?
- Faktor penyesuaian diri, karena membentuk suatu kebiasaan baru dan kemudian kebiasaan baru itu menjadi suatu sikap. Maka sikap-sikap yang lama menjadi penghambat. Ego, adalah komponen penyesuaian diri yang menjadi penghambat. Dari ego ini muncul karakter/ kepribadian merasa “mengapa saya yang harus mengalah pada suami?” (atau sebaliknya). Jadi, jika kita sudah berkomitmen maka kita harus mengikuti.
- Sikon (Situasi dan Kondisi). Contoh: istri yang bekerja untuk menghidupi keluarga (tulang punggung), terkadang ada sesuatu kondisi yang bisa menimbulkan sandungan-sandungan dalam berkeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar