Narasumber : Drs. Adi Nugroho Presenter : Aulya Idris
Mimpi
adalah sesuatu yang gratis, tanpa biaya, sesuatu yang didapat dengan
mudah, apakah itu semua betul?. Mimpi dalam hal ini bukan mimpi yang
berarti tafsir mimpi, tetapi mimpi yang berarti “harapan”.
Banyak cerita dimasyarakat maupun berbagai penemuan dimasa lalu dari Einstein atau dalam bidang astrology
astronot yang pernah ke bulan, pembuatan dan peluncuran Apollo, dsb
yang semua itu berawal dari sebuah mimpi (harapan). Pergi dan
jalan-jalan di bulan adalah suatu hal yang akhirnya bisa tercapai
padahal pada mulanya adalah sesuatu tindakan yang mustahil.
Peristiwa ini sebetulnya adalah suatu fakta bahwa betapa pentingnya kita mempunyai suatu impian. Hidup tanpa impian sama dengan hidup tanpa cita-cita, tanpa harapan, dan betul-betul tanpa motivasi. Pasti kita mempunyai suatu impian, misalnya rencana untuk berkeluarga, bagaimana nanti budaya keluarga yang dibangun? Bagaimana impian tentang anak-anak? Bagaimana impian tentang rumah mungil bersama? Dan lain-lain. Semua impian pada dasarnya syah-syah saja tergantung dari impian kita masing-masing, dan hasil gapaian dari sebuah mimpi yang kita set adalah suatu kebahagiaan yang sudah menjadi impian (harapan).
Peristiwa ini sebetulnya adalah suatu fakta bahwa betapa pentingnya kita mempunyai suatu impian. Hidup tanpa impian sama dengan hidup tanpa cita-cita, tanpa harapan, dan betul-betul tanpa motivasi. Pasti kita mempunyai suatu impian, misalnya rencana untuk berkeluarga, bagaimana nanti budaya keluarga yang dibangun? Bagaimana impian tentang anak-anak? Bagaimana impian tentang rumah mungil bersama? Dan lain-lain. Semua impian pada dasarnya syah-syah saja tergantung dari impian kita masing-masing, dan hasil gapaian dari sebuah mimpi yang kita set adalah suatu kebahagiaan yang sudah menjadi impian (harapan).
Tidak ada harapan yang jelek, apalagi
orang tua terhadap anaknya. Sebetulnya, apa fungsi dari harapan itu?.
Berbicara tentang meletakkan cita-cita setinggi bintang di langit
seakan-akan kita berharap sesuatu yang tinggi, jika suatu saat nanti
kita benar-benar bisa mencapainya maka memang benar-benar success. Namun, justru masih ada yang beranggapan “nggak usah tinggi-tinggi deh nanti
kalau jatuh terlalu sakit” yang jadinya terkesan meminimalisir resiko.
Sebenarnya yang mana? Apakah kita hanya mimpi sekali saja? Mimpi boleh
berkali-kali “Harapan itu selalu bergerak. Harapan itu tidak statis.
Harapan itu tidak kaku.”. Jadi, fungsi dari harapan adalah mendrive atau
merupakan suatu tujuan. Contoh, mimpi tentang surga, mimpi tentang
kehidupan kekal abadi setelah di dunia, dan semua itu adalah impian.
Kita mau mimpi yang seperti apa?
Mimpi atau harapan harus dilandasi dengan
suatu keyakinan bahwa “itu”(impian) bisa dan harus tercapai. Impian dan
realitas harus disesuaikan, contoh bila kita memimpikan surga namun
perilaku kita realitasnya ke neraka ya percuma saja. Begitu
juga dengan kehidupan dalam bekerja, berumah tangga, mendidik anak, dan
semua konsep kehidupan kita berhak mempunyai mimpi. Allah memberikan
kemampuan pada kita untuk bermimpi dan Allah tidak pernah memberikan
seseorang tanpa harapan, jika seseorang merasa dirinya tidak ada harapan
maka kesalahannya terletak pada orang itu sendiri.
Setiap orang sebetulnya mempunyai kemampuan untuk bermimpi dan berharap yang jelas tidak dan bisa dibantah.
Mengapa tidak setiap orang bisa mencapai mimpinya? Kadang-kadang mimpi tersebut tidak pernah berubah atau tidak yakin bahwa impian itu bisa dicapai bahkan yang paling hopeless ‘tidak punya harapan’, apakah kita mau jadi manusia seperti itu?
Bermimpi boleh berkali-kali, lain versi, lain tingkat keindahannya, dan lain tingkat kesulitannya.
Take action.
bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar